Asal Mula Anime
Hei
kawan ... jgn cma tau anime aja!! tpi gtau asal usul anime.. yuk kta
baca kilasan brikut biar kamu kamu dapat tambahan ilmuu ... ok GAN !!
;D
Anime
yang berasal dari kata Animasi, dan biasa disebut dengan anime di
Jepang telah menjadi sangat terkenal di seluruh dunia sebagai jenis budaya Jepang yang unik. Beberapa asal mula dari budaya ini dapat dilihat dari manga, gambar pada blok kayu kuno yang disebut ukiyo-e,
dan gulungan cerita bergamabar yang digambar pada abad ke-12. seperti
anime, semua bentuk karya seni ini menceritakan suatu kisah melalui
gambar.
Manga
telah menghibur orang Jepang selama berabad-abad. Sebuah gulungan
cerita bergambar dari abad ke-12, jilid pertama dari dari Choju junbutsu Giga,
menggambarkan binatang yang bersikap seperti manusia. Garis artinya
sederhana dan bentuknya dilebih-lebihkan, seperti ekspresi artistik
dari manga kini. Gambar-gambar kuno seperti manga ini digambar dengan
tangan, tetapi pada jaman Edo (1603-1867) para artis membuat
tekni-teknik blok kayu untuk produksi buku dan gambar secara
masal. Hampir di pertengahan jaman Edo, pada tahun 1720, sebuah buku
tentang gambar di blok kayu diterbitkan di Osaka. Itu merupakan buku
manga pertama yang diterbitkan bagi tujuan komersial. Orang Jepang
adalah merupakan yang pertama di Asia yang menikmati gambar-gambar
kartun.
Asal Mula Film Cartoon / Animation
Animasi
merupakan sutu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film
dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu
film, maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar
dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu
ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya
masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi dan
wujud baru di dalam film live dan animasi.
Dapat
dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua
konvensi atau disiplin, yaitu film clan gambar. Untuk dapat mengerti
clan memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan
dimengerti.
Film, biasa dipakai
untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai
untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu mengkomunikasikan suatu
gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikan dimensinya, clan karena
sifat hiburannya, film telah diterima sebagai salah satu media audio
visual yang paling popular dan digemari. Karena itu juga dianggap
sebagai media yang paling efektif.
Untuk
dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harus
dihadapi, yaitu masalah teknis film clan masalah teknik mengemukakan
sesuatu denga film atau biasa disebut teknik presentasi. Demikian juga
dengan hal yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah
teknik animasi, dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan
teknik animasi. Sering perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab
dikatakan seni berkomunikasi.
Di
dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan
berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun verbal atau teateral.
Bagi seorang perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting
dimengerti. Seorang pembuat film akan mengahadapi masalah teknik
membuat film dan seni membuat film.
Semua
hal yang tertulis di dalam pembahasan ini, bukanlah suatu batasan,
melainkan suatu cara melihat dan ringkasan permasalahan yang harus
dikembangkan.
Asal Mula Teknik Film Animasi
Keinginan
manusia untuk membuat gambar atau santiran (image) yang hidup dan
bergerak sebagai pantara dari pengungkapan (expression) mereka,
merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang.
Kata animasi itu sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation,
yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum Inggris-Indonesia
berarti menghidupkan (Wojowasito 1997). Secara umum animasi merupakan
suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati; Suatu benda mati
diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan
bergerak, atau hanya berkesan hidup.
Sebenarnya,
sejak jaman dulu, manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar
binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua
Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih;
Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti
celeng,bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi
yang berbeda dan bertumpuk (Hallas and Manvell 1973:23).
Orang
Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para
pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar
tahun 2000 sebelum Masehi (Thomas 1958:8)
Lukisan
Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan
menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian(794-1192)
(ensiklopedi Americana volume 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang
disebut Thaumatrope sekitar abad ke 19 di Eropa, berupa lembaran cakram
karton tebal, bergambar burung dalam sangkar, yang kedua sisi kiri
kanannya diikat seutas tali, bila dipilin dengan tangan akan memberikan
santir gambar burung itu bergerak (Laybourne 1978:18).
Hingga
di tahun 1880-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam
secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia
dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film
hidup yang berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892, Emile
Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi ayng disebut Praxinoscope,
berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan
pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal
proyektor pada bioskop (Laybourne 1978:23).
Kedua
pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini,dianggapsebagai
pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi(Ensiklopedi
AmericanavoLV1,1976:740)
Sepuluh
tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesat-nya di akhir abad
ke 19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film
animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian
gambar-gambar blabar hitam(black-line) dibuat di atas lembaran putih,
dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figur menjadi putih
dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan
di Amerika Serikat Winsor McCay (lihat gambar disamping) membuat film
animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur digambar blabar
hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya
para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di
sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an; Max Fleischer
mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The
Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, di mana
figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar
belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat
rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik
gerakan.
Fleischer dan Sullivan
telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu lembaran tembus pandang
dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di
Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919 mengembangkan film animasi
bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan
film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan
kayu. Gambar berikut adalah tokoh “Gertie The Dinosaurs”, dan “Felix
the Cat”
George Pal memulai
menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi pendeknya, pada
tahun 1934 di Belanda. Dan Alexsander Ptushko dari Rusia membuat film
animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun 1935.
Di
tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada film
setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui film”Colour of
Box”. Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting, yaitu di
sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang
dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film”Mickey
Mouse”, “Donald Duck” dan ” Silly Symphony” yang dibuat selama tahun
1928 sampai 1940.
Pada tahun 1931
Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and
Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat Disney pada
tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Demikian
asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang
dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di
eropa, di Amerika dan merembet sampai negaranegara di Asia. Terutama di
Jepang, film kartun berkembang cukup pesat di sana, hingga pada dekade
tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun di sini dengan ciri
dan gayanya yang khas.
Sikap Asas Film Animasi
Film
animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada dunia
fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal
dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita
lihat pada kamus umum Bahasa Indonesia:
“1
barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar
potret negative (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop);
2 lakon (cerita) gambar hidup;” (Poerwadarminfa 1984)
Secara
mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat
diartikan kalau dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk potret
negatif atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran pita
seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya;
atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon, film mengandung
pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang
bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film
yang mengandung unsur dasar cahaya, suara dan waktu.
Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi “Americana”:
“Animated,
a motion picture consisting of series of invidual hand-drawn sketches,
in which the positions or gestures of the figures are varied slightly
from one sketch to another. Generally, the series is film and, when
projected on screen, suggest that figures are moving” (Encyclopedia
Americana vol. V1,1976).
Teknik
film animasi, sperti halnya film hidup, dimungkinkan adanya perhitungan
keceaptan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24 gambar tiap
detiknya.
Gambar yang
diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat adalah
gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil dari satu
gambar ke gambar yang lain, adanaya suatu fenomena yang terjadi pada
waktu kita melihat, disebut Persistence of Vision, sehingga
menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita.
Berbeda
dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang bergerak,
lalu dianalisis satu persatu menjadi beberapa gambar diam pada tiap
bingkai pita seluloid.
Sedangkan
film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar per
gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkam gambar
demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame,
kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat
penggerak pita seluloid bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu
untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekam
gambar, gerak ke pita seluloid.
Beberapa Jenis Teknik Film Animasi
Berdasarkan
materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara umum jenis
teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film animasi
dwi-matra (flat animation) dan film animasi trimatra(object animation).
Film animasi Dwi-matra (flat animation)
Jenis
film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat
digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar,
sebab hamper semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua
runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar
atau papar.
Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah:
a. Film animasi sel(Cel Technique)
Jenis
film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun
(cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar
yang dibuat di atas lembaran plastic tembus pandang, disebut sel.
Figur
animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahan
gambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar
belakang (background), dibuat untuk tiap adegan, digambar memanjang
lebih besar daripada lembaran sel.
Lembaran
sel dan latar diberi lobang pada salah satu sisinya, untuk dudukan
standar page pada meja animator sewaktu di gambar, dan meja dudukan
sewaktu dipotret.
b. Penggambaran langsung pada film
Tidak
seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan
teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid
baik positif atau negative, tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop
frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan.
Atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.
Film Animasi Tri-matra (Object Animation)
Secara
keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik runtun
kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra, bedanya obyek
animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan memperhitungkan
karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan
ruang.
Untuk mengerakkan benda
tri-matra, walaupun itu mungkin, tapi cukup sulit untuk
melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak
yang terbatas. Tidak seperti jenis., film animasi gambar, bebas
melakukanberbagai gerakan yang diinginkan.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah :
a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)
Obyek
animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan
figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang
ada, terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentuk (plastik) dan
mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per
bingkai, seperti bahan kayu yang mudah ditatah atau diukir, kain,
kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan
karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.
b. Film Animasi Model
Obyek
animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macammacam bentuk
animasi ayng bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk
abstark; balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan
lain-lain. Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran
sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi.
Bentuk
obyek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan
tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu,
plastic keras dan bahan keras lainnya yang sesuai denga sifat karakter
materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentuk tidak dipakai.
Disebut
juga film animasi non-figur, karena keseluruhan cerita tidak
membutuhkan tokoh atau figure lainnya. Jenis film Teknik yang
memanfaatkan lembaran sel merupakan suatu pertimbangan penghematan
gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak,
dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan; dan bagian yang tidak bergerak,
cukup dibuat sekali saja.
c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)
Jenis
film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah.
Figur atau obyek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu
dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada
sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan
dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai denagn
tuntutan cerita.
Dengan teknik
yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi terbatas
sehingga karakternyapun terbatas pula. Karakter figur dibuat terpisah,
biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda; kepala, leher, badan,
dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan karakter,
pemisahan itu bias disesuaikan dengan tuntutan cerita, bisa dibuat
kurang dari bagian tadi atau lebih.
d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)
Seperti
halnya pertunjukan wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan
cara yang hampir sama, figur atau obyek animasi berupa bayangan dengan
latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang
layer.
Teknik yang dipakai sama
dengan film animasi potongan, yaitu figur digambar lalu dipotong sesuai
dengan bentuk yang digambar dan diletakkan pada latar di meja dudukan
kamera untuk dipotret. Bedanya di sini, kertas yang dipakai tidak
seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau diberi warna
sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan seluruhnya
menggunakan bahan kertas berwarna gelap atau warna hitam, baik itu figur
atau obyek animasi lainnya.
e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)
Yang
selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah teknik
yang bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan obyek
animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan
mudah dengan beberapa bahan yang bisa dipakai; potongan Koran, potret,
gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan
berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah secara
berangsurangsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap perubahan
penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang
bebas.
Perkembangan suatu
perusahaan, diagram suatu jaringan dalam tubuh organisme, pembuatan
credit title dalam sebuah film cerita dan lain sebagainya.
5. Penggunaan Film Animasi
Penggunaan
film animasi sebagai suatu bentuk pantara rupa rungu (audio visual
medium), cukup berperan penting dalam menyebarkan pesan atau gagasan
yang ingin disampaikan ke masyarakat luas. Film animasi dipakai pada:
1.
Televisi komersial; Film animasi digunakan dengan tujuan komersial,
seperti film Wan pada televise, sebagai sisipan di antara acara-acara
program televise, berupa pesan-pesan pendek kepada pirsawan dan sebagai
film hiburan.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4.
Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat
(public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film
propaganda atau film Man pengenalan produk.